PUSKESMAS BLANG GEULUMPANG KECAMATAN SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA
Wilayah Puskesmas Blang Glumpang terletak di wilayah Kemukiman Kuta Piadah dengan luas : 3366 km2. Wilayah Kemukiman Blang Glumpang ( Kuta Piadah ) dibagi dalam 8 Desa, terdiri dari : Dari data tersebut, maka Wilayah Kemukiman Blang Glumpang ( Kuta Piadah) mencakup ; 25 Dusun. Jumlah penduduk wilayah Kemukiman Blang Glumpang (Kuta Piadah) tahun 2011 adalah : 9.479 jiwa.
Isnin, 22 Ogos 2016
TRAINING E-Sismal
Khamis, 28 Julai 2016
Sejarah Perkembangan Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat, atau yang disingkat dan lebih dikenal di
Indonesia dengan nama Puskesmas, adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja UPT. Sebagai unit fungsional pelayanan
kesehatan terdepan dalam unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota,
tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan
Pembangunan Kesehatan. Maksudnya adalah sebagai penyelenggara upaya kesehatan
seperti melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan
kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan
terkoordinasi. Sementara pertanggung jawaban secara keseluruhan ada di Dinkes
dan sebagian ada di Puskesmas.
![]() |
logo Puskesmas |
Sejarah
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan
Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti
masyarakat pada waktu itu.
Kolera
masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di
Indonesia. Kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan
ternyata efek yang ditimbulkan penyakit tersebut sangat mengkhawatirkan. Berawal
dari wabah kolera tersebut, pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan
upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Kemudian
pada September 1959, wabah malaria masuk ke Malang. Dengan tekad yang
kuat, malaria ditargetkan terberantas pada tahun 1970.
Puskesmas telah menjadi tonggak
periode perjalanan sejarah Dinas Kesehatan Kabupaten di Indonesia. Konsep
Puskesmas sendiri diterapkan di Indonesia pada tahun 1969. Perihal
diterapkannya konsep Puskesmas ini, pada awal berdirinya, sedikit sekali
perhatian yang dicurahkan Pemerintah di Kabupaten pada pembangunan di bidang
Kesehatan. Sebelum konsep Puskesmas diterapkan, dalam rangka memberikan
pelayanan terhadap masyarakat maka dibangunlah Balai Pengobatan (BP), Balai
Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA), yang tersebar di kecamatan-kecamatan. Unit
tersebut berdiri sendiri-sendiri tidak saling berhubungan dan langsung
melaporkan kegiatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan, umumnya unit tersebut
dipimpin oleh seorang Mantri (perawat) senior yang pendidikannya bisa Pembantu
Perawat atau Perawat.
Sejalan
dengan diterapkannya konsep Puskesmas di Indonesia tahun 1969, maka mulailah
dibangun Puskesmas di beberapa wilayah yang dipimpin oleh seorang Dokter
Wilayah (Dokwil) yang membawahi beberapa Kecamatan, sedang di tingkat kabupaten
ada Dokter Kabupaten (Dukabu) yang membawahi Dokwil. Pelayanan kesehatan yang
diberikan Puskesmas tersebut adalah pelayanan kesehatan menyeluruh
(komprehensif) yang meliputi pelayanan: pengobatan (kuratif), upaya pencegahan
(preventif), peningkatan kesehatan (promotif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif).
Masalah-masalah kesehatan yang
ditemukan juga sedemikian banyak, antara lain: Penyakit-penyakit menular
(Cacar, Malaria, TBC) masih merajalela dengan prevalensi alias angka
kejadian yang tinggi. Status gizi terutama pada golongan rawan anak-anak
di bawah lima tahun dan ibu hamil atau menyusui masih belum memuaskan. Air
minum yang sehat, pembuangan kotoran dan sanitasi perumahan yang sangat tidak
memadai. Hal tersebut erat kaitannya dengan kemiskinan yang dicerminkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan, penghasilan perkapita, produksi perkapita dan
konsumsi perkapita (termasuk konsumsi dalam bidang sanitasi, gizi dan pelayanan
kesehatan).
Selain hal tersebut masalah ketenagaan,
khususnya dokter, perawat gigi, nutrisionis, jumlahnya juga masih terbatas.
Disadari bahwa tanpa partisipasi masyarakat secara memadai, tidaklah mungkin
keinginan atau tuntutan masyarakat yang semakin meningkat di bidang kesehatan.
Untuk itu pada tahun 1976 dikembangkanlah konsep Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD). PKMD bisa dikatakan perpanjangan konsep dari
Puskesmas. PKMD adalah bagian integral dari Pembangunan Desa secara
keseluruhan. Usaha-usaha PKMD jika dilihat dari kepentingan masyarakat
merupakan kegiatan swadaya masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan status kesehatan. Jika dilihat dari
kepentingan Pemerintah maka PKMD merupakan usaha untuk memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan baik oleh Pemerintah maupun oleh swasta sebagai “Health
Provider” dengan peran serta aktif dari masyarakat sendiri. Diharapkan dengan
pelaksanaan PKMD akan menyediakan pelayanan untuk perbaikan hygiene perorangan,
kesehatan lingkungan, perbaikan taraf gizi, pengembangan kesadaran untuk hidup
sehat, penyuluhan kesehatan, pelayanan kuratif dan preventif termasuk
kesejahteraan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Imunisasi, Pemberantasan
Penyakit Menular, Usaha Kesehatan Sekolah dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan
setempat.
Dengan adanya pelaksanaan PKMD, banyak
contoh-contoh di desa dimana masyarakat secara bergotong-royong mengatasi
problema kesehatan, seperti : pembuatan kakus (WC), pemasangan pipa bambu untuk
mendatangkan air bersih, taman gizi, pertolongan pertama pada kecelakaan,
pengobatan ringan, mengenal dan melaporkan adanya penyakit menular, penyuluhan
dalam bidang kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana dan sebagainya.
Selanjutnya dalam rangka
mengoperasionalkan kebijakan Pemerintah Pusat (Departemen Kesehatan) di
Kabupaten, maka berdirilah Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten yang bertugas
melaksanakan pembinaan, pengembangan, pengawasan dan penertiban upaya kesehatan
di Kabupaten serta Kecamatan. Segala urusan yang dilimpahkan oleh Pemerintah
Pusat kepada pejabat-pejabatnya di daerah tetap menjadi tanggung jawab
Pemerintah Pusat baik mengenai perencanaan, pelaksanaan maupun pembiayaan.
Adapun hubungan fungsional antara Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten meliputi :
(1) Pengarahan perencanaan program desentralisasi
(2) Penyelenggaraan administrasi kepegawaian
(3) Pengawasan yang menyeluruh
(4) Hubungan teknis kesehatan.
Keberhasilan Program Kesehatan secara
nyata dapat dilihat dari semakin meningkatnya kualitas upaya Pelayanan Rujukan
yang diketahui dari meningkatnya strata/score Puskesmas dan RSUD dimana Untuk
Puskesmas yang terakriditasi secara penuh dan RSUD type B.
Peran serta segenap masyarakat dan
kerja sama lintas sektoral dan PKK dalam upaya pembangunan Kesehatan cukup
besar. Terbukti dengan semakin memasyarakatnya Posyandu dan tercapainya
target-target program Kesehatan khususnya Imunisasi/UCI, Kesejahteraan Ibu dan
Anak (KIA), Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Pembinaan Kesehatan
Lingkungan (PKL), Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga (UPGK), Upaya Kesehatan Rujukan, Penyuluhan Obat Generik, dan
lain-lain.
Keberhasilan program pembangunan Kesehatan merupakan “hasil upaya
terobosan” sebagaimana tercermin dalam ungkapan “Gerakan Utama” yaitu :
1. Gemas Immunisasi (Gerakan Masal Immunisasi)
Memanfaatkan semua potensi sarana sektoral/lintas program dan lintas
sektoral serta masyarakat yang ada untuk mencapai target Imunisasi/UCI.
2. Gerakan Momentum
Memanfaatkan hari-hari besar Nasional / Instansi / Organisasi untuk
pencapaian target program Kesehatan terutama UCI, KIA dan Kesehatan Lingkungan
pada hari ABRI, Bhayangkara, HKN, HKS, HUT Korpri, Bulan Bhakti LKMD, hari Ibu
dll.
3. Gerakan Catat Lapor
Meningkatkan kualitas pencatatan dan pelaporan kegiatan program Kesehatan
yang dilaksanakan Kandepkes, dinkesda, RSUD, Gudang farmasi dan Puskesmas,
dengan komputerisasi serta peningkatan pengetahuan dan ketrampilan analisa data
dan visualisasi data.
4. Gerakan Penghijauan Puskesmas
Untuk meningkatkan keberhasilan Program Kesehatan / Strata Puskesmas
menjadi strata maju (hijau).
5. Gerakan Taat
Mentaati semua pedoman dan petunjuk program kesehatan / prioritasnya, yang
diberikan tingkat atas (Pusat/Tingkat I/ Tingkat II).
6. Gerakan Waskat Program
Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi program secara ketat dengan feed back
report / supervisi oleh atasan langsung masing-masing program.
7. Gerakan Porselinisasi Puskesmas
Meningkatkan kualitas kebersihan ruang Pelayanan Kesehatan (ruang
pengobatan, ruang KIA, KB, Kamar Kecil, ruang tunggu dan sebagainya).
Dimaksudkan agar supaya kebersihan dan sterilitas ruang relatif lebih terjamin.
8. Shock Therapi dan Kasih Sayang
Memberikan penghargaan dan petunjuk agar supaya potensi yang ada pada
masing-masing petugas kesehatan dapat lebih ditingkatkan lagi.
9. Gerakan Cinta Segitiga Emas
a. Cinta Imunisasi.
b. Cinta Ibu dan Anak.
c. Cinta JPKM / Dana Sehat / Pos Obat Desa.
10. Gerakan Puskesmas Jaya (Jalan Raya)
Meningkatkan fungsi Puskesmas di sepanjang jalan yang rawan kecelakaan,
dengan pelayanan gawat darurat selama 24 jam dan fasilitas khusus Ambulance
jalan raya.
11. Gerakan Puskesmas Bersih Hatinya
Gerakan Puskesmas Bersih, Sehat, Indah dan Nyaman dimaksudkan agar secara
fisik dan non fisik, kualitas sarana dan prasarana Puskesmas (Fisik) dan
kualitas manusianya (Non Fisik) sesuai dengan yang dimaksudkan di dalam nama
gerakan yaitu senantiasa bersih hatinya.
12. Gerakan Puskesmas Wisata
Meningkatkan kualitas Puskesmas di daerah wisata sedemikian rupa sehingga
dapat mengantisipasi berbagai masalah Kesehatan yang timbul, yang pada
gilirannya dapat memberikan pelayanan Kesehatan yang baik pada wisatawan.
13. Gerakan Desa Sehat
Meningkatkan keberhasilan program Kesehatan dengan peran nyata LKMD melalui
desa percontohan Kesehatan di setiap wilayah kerja Puskesmas.
14. Gerakan Senyum Puskesmas
Yaitu gerakan dimana petugas Puskesmas baik Dokter maupun karyawan lain,
diharapkan lebih ramah, baik hati, atensi (perhatian) pada pasien dan
memperhatikan etika Kedokteran maupun etika Keperawatan, Kebidanan serta
memperhatikan norma agama dan adat istiadat setempat.
15. Gadis Cantik
Gerakan anti Gondok Endemis, cegah keterbelakangan mental dan kretin dengan
jalan pemasyarakatan garam beriodium dan kapsul beriodium.
Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju
terwujudnya Indonesia Sehat
Indikator Kecamatan Sehat:
(1) lingkungan sehat,
(2) perilaku sehat,
(3) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
(4) derajat kesehatan penduduk kecamatan
Misi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
5. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya
![]() |
Tenaga kesehatan sedang berinteraksi dengan masyarakat |
|
Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia (menurut
catatan waktu)
Abad Ke-16 – Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan
kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal dari
wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan
upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Tahun 1807 – Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi
dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya penurunan
angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama, karena
langkanya tenaga pelatih.
Tahun 1888 – Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang kemudian
berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan
Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria,
lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
Tahun 1925 – Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangkan
daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan
kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan
kesakitan.
Tahun 1927 – STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi
sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi
FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan
tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia
Tahun 1930 – Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan
Tahun 1935 – Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan
penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
Tahun 1951 -Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr
Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat
dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan
inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan
kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari
Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun
1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.
Tahun 1952 – Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan
Tahun 1956 – Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek
percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat
pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan
pelayanan medis.
Tahun 1967 – Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat
terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah
disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan
C.
Tahun 1968 – Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah
merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh
pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau,
dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.
Tahun 1969 - Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai
dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal
dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan
dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.
Tahun 1979 - Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe
Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada
3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi
dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan,
dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan
kerjasama tim.
Tahun 1984 - Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga
berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi)
Awal tahun 1990-an - Puskesmas menjelma menjadi kesatuan
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok.
Langgan:
Ulasan (Atom)